Title: Glamorous Day
Author: Kokoro Orihara
Chapter: 2
Genre: Angst, Romance, Drama, School Life
Cast: Ruki, Reita, Aoi, Uruha (the GazettE), Gackt, Hyde, Tetsu (L'arc~en~Ciel)
Pair: Reita x Ruki (the GazettE), Hyde x Tetsu (L'Arc~en~Ciel), Uruha x Aoi (Soon)
Rating: T
Author: Kokoro Orihara
Chapter: 2
Genre: Angst, Romance, Drama, School Life
Cast: Ruki, Reita, Aoi, Uruha (the GazettE), Gackt, Hyde, Tetsu (L'arc~en~Ciel)
Pair: Reita x Ruki (the GazettE), Hyde x Tetsu (L'Arc~en~Ciel), Uruha x Aoi (Soon)
Rating: T
Enjoy~~~
"Kau baik-baik saja Ru?" tanya Reita lagi.
"Y, ya…. Hanya butuh sedikit istirahat." Jawab Ruki sedikit terengah.
"Kau yakin?" belum sempat Ruki menjawab, kesadarannya menurun dan semuanya menjadi gelap….
'BRAK!'
"RUKI!
- Nyan Nyan Nyan Nyan -
Hyde dan Tetsu berlari-lari kecil menyusuri lorong rumah sakit. Beberapa menit yang lalu mereka ditelpon oleh Gackt karena Ruki terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Suami-istri itu pun langsung menuju tempat biasanya Ruki di rawat. Yup, memang tidak sekali ini saja Ruki masuk rumah sakit saat sekolah. Jika ia memaksakan diri untuk sekolah, tubuhnya tidak akan kuat dan berujung duduk manis di ruang perawatan dokter pribadi mereka.
'tok tok tok'
Setelah dipersilahkan masuk, keduannya membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan serba putih itu. Terlihat Ruki masih menjalani pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter pribadi mereka, Aoi. Tetapi kali ini Ruki tidak sendirian. Di kursi penunggu (di dalam ruangan itu juga) seorang pemuda ber-noseband duduk manis memperhatikan Ruki. Dari fisiknya terutama nosebandnya, Hyde tahu kalau dia adalah Reita yang selama ini disebut-sebut Ruki.
"Taka." Panggil Hyde cemas. Ia pun menghampiri Ruki.
"Daijobu, I'm fine." Balas Taka tersenyum lemah. Hyde dan Tetsu menghela nafas lega. Tetsu menyuruh Hyde untuk menemani Ruki sementara ia menghampiri Reita.
"Terima kasih sudah membawanya kesini." Ucap Tetsu mengulurkan tangan.
"Sama-sama. Sebenarnya bukan saya yang membawanya kemari. Saya hanya disuruh menemani Ruki." Balas Reita menjabat tangan Tetsu.
"Saya Tetsu Matsumoto, Ayah Ruki."
"Saya Suzuki Akira." Setelah memperkenalkan diri, Tetsu pun duduk di sebelah Reita.
'PIP!'
Reita tersentak saat jam digital yang melingkar di tangan kirinya berdecit cukup keras. Ia pun memeriksa jam dan menyadari kalau ini sudah waktunya ia pergi.
"Maaf Tetsu-san, saya permisi dulu. Ada yang harus saya kerjakan." Pamit Reita menyalami tangan Tetsu kemudian Hyde.
"Baiklah, terima kasih atas bantuanmu Reita-kun. Hati-hati." Ucap Tetsu dibalas dengan anggukan Reita.
"Sampai besok, Ruki." Pamit Reita menepuk kepala Ruki pelan. Ruki ikut mengangguk sambil sedikit merona.
Ruki masih menjalani serangkaian pemeriksaan sebelum diperbolehkan pulang. Ketika dokter menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuhnya waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
"Nah, kurasa kau sudah tidak apa-apa." ucap dokter tampan berambut raven itu.
"Arigatou, Aoi-sensei." Balas Ruki tersenyum ramah.
"Ya~ Sama-sama." Aoi balas tersenyum dan berbalik menemui kedua orang tua Ruki.
"Kau mau?" tawar asisten Aoi menunjukkan sebungkus cokelat kit kat.
"Kai-san! Anda menganggetkanku!" pekik Ruki yang memasang sepatu. Pemuda manis itu tertawa garing dan tanpa persetujuan Ruki meletakkan cokelat itu di tangan mungil pemuda itu.
"T, terima kasih. Tapi aku tidak terlalu suka cokelat."
"Sudah, ambil saja Rukkun. Tadi Sensei beli kebanyakan. Untuk Ruki saja. Kalau tidak mau berikan saja pada orang lain." Kai tersenyum miring, menampakkan dimple menawannya.
"Taka, ayo pulang." Ajak Tetsu merapikan jaketnya. Ruki mengangguk dan turun dari kasur pemeriksaan menghampiri Ibunya.
==Ruki's POV==
Ayah menyetir dengan kecepatan normal. Ibu masih sibuk memperhatikan layar handphone-nya. Sedangkan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Kejadian tadi siang membuat Gackt-sensei dan Reita-kun cukup panik. Begitu kata Kai-san. Sewaktu aku sadar, Gaku-sensei cepat-cepat pamit. Aneh, padahal kukira beliau ingin bertemu orang tuaku.
Akhirnya aku hanya menopang dagu memperhatikan jalanan. Seperti biasa, tidak banyak mobil. Jalanan di dominasi oleh pejalan kaki. Ayah membelok ke wilayah yang lebih sepi. Memang itulah jalan pulang kami. Orangtuaku sengaja memilih tempat yang cukup sepi untuk ditinggali karena mereka sama-sama tidak suka keramaian.
"EH?" bisikku kaget saat melihat seorang pemuda berseragam Lamia Gakuen tengah adu pukul dengan beberapa orang preman.
Aku menegakkan tubuhku dan beruntung kami terhenti lampu merah. Aku mencoba memperjelas penglihatanku. Dan kuakui aku tidak salah lihat.
Ya, saat ini aku melihat Reita tengah bertahan dari orang-orang yang memukulinya. Tapi, kenapa Reita dipukuli seperti itu? Mungkin….. Jawabannya ada pada wanita paruh baya yang terduduk di belakangnya. Mungkin Reita melindungi perempuan itu? entahlah. Tapi masa karena ini dia jadi memiliki luka lecet tiap hari? Tidak lucu jika kisah 'Reita dipukuli' terus berulang.
"KAMI AKAN KEMBALI!" umpat salah satu pria yang ada di sana. Reita kelihatannya tenang dan hanya menatap tajam mereka sementara wanita itu menangis. Mungkin kisah Reita dipukuli masuk akal.
Reita memeluk wanita itu. Oke, aku tidak cemburu. Kurasa ia Ibunya. Lihatlah, mukanya mirip. Andai ia tidak pakai noseband, aku yakin mereka akan terlihat mirip. Mobil kami kembali melaju saat kulihat Reita membawa pergi wanita tadi…
Sesampainya di rumah Ibu langsung mengantarku ke kamar. Aku berkata bahwa aku akan baik-baik saja. Sepeninggalnya, aku masih memikirkan Reita. Apa yang terjadi sampai ia terlibat dengan preman yang kurasa yakuza itu? Semakin kupikirkan semakin bingung.
== Morning==
"Ohayo…" sapa ruki ketika kakinya sudah menginjak di lantai ruang makan.
"Ohayo Taka." Balas Ibunya lembut. Seperti biasa, Taka sudah bersiap dengan seragam dan tasnya.
"Kau tidak apa-apa? tidak usah sekolah saja ya?" tawar Ibunya khawatir. Ruki menggeleng.
"Tidak Ibu, aku ingin sekolah." Tolak Ruki halus.
Tetsu menggeleng pada Hyde tanda 'biarkan saja'. Hyde menghela nafas dan mulai mengambil lauk dan memakan sarapannya.
== School ==
"Ohayo." Sapa Reita sambil menguap.
"Ohayo, Rei." Balas Ruki tak lupa senyum.
"Eh? Sejak kapan kau memanggilku Rei?"
"Sejak dua detik yang lalu."
"…"
'GRAAAAKK!"
"OHAYOOO~~~" sapa Gackt riang gembira (?).
"O, ohayo sensei." Balas keduanya sweatdrop.
"Duduk duduk~ hari ini sensei akan memperkenalkan seorang murid. Dia adalah murid pindahan dari eropa. Sekolah merekomendasikannya untuk ikut pelajaran tambahan." Jelas Gackt memakan kacamata khas miliknya.
"Yaa~ silahkan masuk, Takashima-san."
Dan setelah komando dari Gackt, di hadapan Ruki dan Reita munculah seorang siswi manis berambut pirang. Dengan malu-malu ia berjalan masuk ke kelas dengan menunduk.
"Ah, jangan menunduk Takashima, kashian teman-temanmu, tidak bisa lihat wajahmu." Ucap Gakct.
"G, gomenasai…" gumamnya lirih.
'MANIS!' batin kedua siswa itu.
"Perkenalkan dirimu."
"Etto… Saya Kouyo Takashima. Panggil Saja Uruha. Saya pindahan dari Swiss. M, mohon bantuannya."
"Nah, silahkan duduk di sebelah Ruki dan Reita." Suruh Gackt.
== Break ==
"Nee, Uruha, kau manis sekali." Ucap Ruki asal ceplos.
"Ruki!"
"ups…"
"Ahaha, tidak apa-apa~ Terima kasih Ruki-kun, tapi aku LAKI-LAKI." Ucap Uruha sambil tersenyum hangat plus… Garuk-garuk kepala.
"…"
"NANIIII?" pekik keduanya.
Dan Uruha pun bercerita kenapa ia memakai seragam perempuan. Orang tuanya dulu sangat menginginkan anak perempuan. Tetapi yang keluar adalah laki-laki. Maka dari itu, Ruha pun di dandani seperti perempuan.
"Kau.. Tidak risih?" tanya Ruki penasaran.
"Terkadang aku risih, namun melihat senyum hangat Ibuku rasanya… seperti… rasa risih itu hilang." Jawab Uruha tersenyum manis.
"Kau punya saudara?" kali ini Reita yang bertanya.
"Ya. Dua adik laki-laki. Dan dua-duanya bernasib sama denganku."
"EH?"
"Tapi mereka enjoy tuh…" kikik Uruha.
Lama mereka diam dan larut dalam kegiatan memakan bekal mereka. Ruki memandang keluar, ke arah teman-teman sebayanya yang sibuk dengan kegiata klub. Sesekali Ruki tersenyum antara manis dengan miris. Reita yang melihatnya sedikit merasa kasihan. Uruha yang tahu alasan Ruki dan Reita masuk kelas khusus menghela nafas pelan.
== x ==
Uruha, Ruki, Reita.
Tiga sahabat yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Sepertinya Ide Gackt untuk memasukkan mereka ke dalam kelas yang sama bukan hal yang buruk. Bersama-sama mereka mengisi liburan dengan kelas tambahan. Tidak terasa, ini adalah hari terakhir mereka dalam kelas tambahan.
"HUAH! Tidak terasa ya, sudah lewat empat minggu." Ucap Reita merenggangkan tubuh.
"Ya!" balas Uruha dan Ruki semangat.
"Apa… Nantinya kita akan bersama-sama seperti ini?..." Tanya Ruki sedih.
"Apa yang kau katakan Ru? Tentu saja!" balas Uruha semangat.
"Aku… Takut… Kalau kalian nanti punya teman-teman baru dan aku akan tertinggal lagi.." ucap Ruki lirih.
*hug*
"R, Rei?" Panggil Ruki panik saaat Reita memeluknya erat.
"Daijobu, kita akan terus bersama. Iya 'kan, Uru?" janji Reita lembut.
"YA! Tenang saja Ruki, kita akan bersama-sama terus, sampai tua." Timpal Uruha ikut memeluk.
"Hehe… Arigato.. Minna…"
== TBC ==